Surat Terbuka untuk Semuanya yang Bertanya : “Kapan Wisuda?”
Halloooo...
Selamat Tahun Baru 2019!!!
Gabut banget malem taun baruan akhirnya gue iseng-iseng buka blog lagiii wkwk (tapi ini sebenernya kontennya udah disiapin taun lalu sih, tinggal poosting aja tp malezz bangeettt).
Tulisan di bawah ini dibuat ketika gue lagi LDR (Lelah Disiksa Revisi) dan alhamdulillah sekarang udah lulus doooong #2019GantiStatus :D
Salah satu kebahagiaan terbesar kedua orang tua adalah melihat putra/putri terbaiknya mengenakan toga dalam acara sakral bernama
Pertama dan yang paling utama : faktor
internal, yang datengnya dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, yaitu 1)
MALAS, tiap ada niatan untuk buka laptop bikin skripsi atau ngerjain
revisi pasti “nanti aja lah”atau tiap buka dengan niatan ngerjain
skripsi/revisi malah tergoda melirik drama korea (bagi cewe) dan malah main
game (biasanya cowo, nih). 2) mahasiswa-mahasiswa akhir zaman yang sudah
telalu nyaman dengan “status”nya dan terlalu menikmati “proses” dalam masa-masa
penyusunan skripsi. 3) ada juga yang terlena dengan bisnis (skripsi juga butuh
modal sih) dan organisasi. Disinilah perlunya kesadaran kita bahwa
diluaran sana banyak calon mahasiswa yang ngantri pengen kuliah, jangan
menuh-menuhin parkiran kampus :D yang menanti momen bahagia kita mengenakan
toga. Dan 4) sebagian (kecil) mahasiswa yang memiliki standar skripsi yang
terlalu tinggi, pokoknya harus perfect dan masterpiece. Ini akan
menghambat jika mahasiswa ybs tidak menguasai materi tapi pada beberapa kasus bisa
memotivasi juga sih.
Dan yang ga kalah penting adalah
faktor eksternal, Faktor eksternal pertama yang sangat fundamental dan mendasar
adalah “TOPIK PENELITIAN”. Ada mahasiswa yang terkendala dalam memilih topik
penelitian untuk skripsi mereka, sehingga sekeren apapun judul yang diajukan
pasti ditolak dosen pembimbing (dospem) ; ada yang topik penelitiannya dianggap
terlalu mudah oleh dospem sehingga harus dikritik dan diperbaiki di sana-sini;
atau justru yang topik penelitiannya terlalu susah sehingga sulit nyari
referensi. Yang terakhir ini biasanya tipe-tipe mahasiswa yang perfeksionis.
Faktor internal kedua berasal dari dua makhluk
“perpanjangan tangan Tuhan” (ada juga di beberapa kampus yang cukup satu aja,
berbahagialah kalian). Yups! Dosen Pembimbing. Ada mahasiswa yang
“terkendala” oleh dospemnya perfeksionis & terlalu idealis sehingga revisi
bertubi-tubi, dospem yang jam terbangnya tinggi dan super sibuk sehingga sulit
untuk ditemui, dan bahkan yang lebih parah di beberapa kampus yang menganut
kebijakan ‘dua dospem untuk satu mahasiswa’ mahasiswa akan mengalami kesulitan
dalam menyatukan visi kedua dospem ini, malah ada yang harus bikin dua versi
bab 4, versi dospem 1 dan versi dospem 2. Ternyata menyatukan visi dua dospem
sama susahnya dengan menyatukan visi dua keluarga #eeh :D
Faktor internal ketiga adalah IDEALISME. Ada
lagi tipe mahasiswa yang IPK-oriented. Masih mending kalau
mahasiswa tipe ini nyadar diawal-awal kuliah, jadi dia berusaha bikin
bagus IPK dengan rajin belajar setiap mau UAS hari. Tapi lain cerita
dengan mahasiswa yang terpaksa harus ngulang matakuliah tertentu untuk
memenuhi persyaratan skripsi/sidang. Ada juga mahasiswa yang mau ngulang
bareng maba atau ngambil semester pendek cuma buat ngerapihin
feed IPK, terus mahasiswa yang berprinsip bahwa sebaran IP nya harus
homogen, dengan kata lain variansnya harus mendekati nol, atau bahasa
gampangnya nilainya kalo ga dapet A ya harus B semua. TITIK! Okee. Ini bagus
dan itu semua sah-sah saja. Tapi jika dikerjakannya pas timingnya belum
tepat hal ini justru akan jadi boomerang, akan menghambat, karena tidak
100% perhatian kita tercurahkan pada dia yang tercinta : S-K-R-I-P-S-I.
Terlebih lagi bagi kami, mahasiswa
kependidikan (jurusan lain ga tau ya, nanti boleh share juga
suka-dukanya) yang sekarang ini menghadapi dinamika dunia kependidikan yang
sangat luar biasa, mulai dari kurikulum, kebijakan, buku teks, dan lain
sebagainya. Saat ini (calon) lulusan kependidikan tidak hanya dituntut untuk
meningkatkan hasil belajar (kognitif), motivasi, dan minat siswa terhadap
matapelajaran saja, lebih dari itu kami dituntut mengembangkan model, metode,
strategi, atau media pembelajaran untuk mengembangkan hasil belajar afektif
(sikap), psikomotorik (keterampilan), dan bahkan level Higher Order Thinking
Skill (HOTS) termasuk didalamnya metakognitif, keterampilan berfikir
kritis, keterampilan berfikir kreatif, kemampuan proses sains, literasi sains, dan
lain sebagainya.
Dan yang hampir lupaaaa, ada juga loh
mahasiswa yang berhasil lulus tepat waktu, bahkan sedikit lebih cepat dari
waktu normal, yang kisah per-skripsi-annya semulus jalan tol, kombinasi antara motivasi
tinggi, lingkungan yang mendukung,dan doa ibu.
Jadi, berhentilah menghantui kami dengan
pertanyaan “Kapan Wisuda?’ dan rekan-rekannya. Cukuplah bagi kami menderita
melihat “neraka kecil” bernama wisuda teman seangkatan kami. Lha wong
setiap makhluk di muka bumi ini saja punya waktu kehamilan yang berbeda-beda,
manusia 9 bulan 10 hari/226 hari, tikus 21 hari, kucing 62 hari, kambing 151
hari. Jadi wajar-wajar saja setiap mahasiswa punya waktu kuliah yang
berbeda-beda.
Salam Hormat,
Mahasiswa Kecempung.